Kutu Kucing – sebabkan cat scratch disease adalah fakta. Ini dapat terjadi karena kutu kucing dapat membawa dan menyebarkan bakteri Bartonella henselae, yaitu bakteri yang menginfeksi kucing dan menjadi penyebab terjadinya cat scratch disease. Penyakit ini dapat terjadi saat seseorang mendapat gigitan, carakan, atau dijilat kucing yang terinfeksi oleh bakteri tersebut.
Infeksi ini biasanya tidak menyebabkan komplikasi parah, tapi dapat menyebabkan masalah bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Jika kamu mengalami cat scratch disease, sebaiknya segera lakukan langkah penanganan. Pasalnya, kucing dapat menularkan beberapa jenis infeksi ke manusia.
Penyebab Kutu Kucing dapat Sebabkan Cat Scratch Disease
Jika kamu memelihara kucing, perawatan rutin harus dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit. Perawatan pun dapat dilakukan untuk memastikan kucing tidak menyebarkan bakteri Bartonella henselae. Sekitar 40 persen kucing dan anak kucing membawa bakteri tersebut di mulut, kuku, bahkan mulutnya. Mereka mendapatkan bakteri tersebut dengan menggaruk atau menggigit kutu yang terinfeksi. Kucing juga dapat tertular kutu dan bakteri saat berkelahi dengan kucing lain yang memiliki kutu dan bakteri.
Kebanyakan kucing yang terinfeksi bakteri tidak menunjukkan gejala apapun. Namun, dalam kasus yang parah, kucing bisa mengalami kesulitan bernapas atau terkena infeksi di mulut, mata, atau saluran kemih. Jika kucing yang memiliki Bartonella henselae menggigit atau mencakar kamu cukup keras dan dalam hingga melukai kulit, bakteri tersebut dapat masuk ke tubuh. Kamu juga bisa terinfeksi jika kucing menjilati luka yang ada di tubuh kamu.
Perlu kamu waspadai bahwa anak-anak lebih mungkin mengalami cat scratch disease dibandingkan orang dewasa. Saat kamu dijilat atau dicakar oleh kucing dan terinfeksi cat scratch disease, maka kamu akan mengalami gejala tertentu. Gejala tidak langsung dirasakan. Biasanya gejala muncul beberapa hari setelah kamu berada di sekitar kucing.
Tanda pertama biasanya berupa munculnya benjolan merah, serta rasa sakit dan lecet di area goresan atau gigitan. Ini mungkin tidak terasa sakit, tapi bisa menimbulkan kerak dan bernanah. Dalam dua minggu setelahnya (bahkan setelah benjolan sembuh), kamu akan mengalami:
- Demam.
- Sakit kepala.
- Nafsu makan yang menurun.
- Kelelahan.
- Kelenjar getah bening.
Kelenjar getah bening yang membengkak sering terjadi di area yang terinfeksi. Misalnya, jika kucing menggigit lengan, kelenjar yang berada di ketiak akan membengkak atau terisi dengan nanah.
Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, cat scratch disease dapat menyebabkan masalah yang serius dan memengaruhi tulang, persendian, mata, otak, jantung, atau organ lainnya. Ini mungkin terjadi pada anak di bawah 5 tahun atau orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.
Beberapa langkah sederhana dapat membantu kamu menghindari cat scratch disease:
- Berhati-hatilah jika menyentuh atau memelihara kucing liar. Karena mereka menghabiskan waktu di luar rumah, dan mereka lebih berisiko melakukan kontak dengan kutu dan memiliki bakteri.
- Jaga hewan peliharaan. Potong kuku kucing peliharaan dan gunakan produk untuk mencegah kutu. Periksakan juga kucing pada dokter hewan untuk mendapatkan perawatan terbaik.
- Adopsi kucing yang lebih tua jika kamu memiliki masalah kesehatan. Jika kamu memiliki sistem kekebalan yang lemah dan ingin mengadopsi kucing, pilihlan setidaknya yang berumur satu tahun. Anak kucing yang lebih muda lebih mungkin untuk memiliki bakteri cat scratch disease.
Jenis Kutu yang Bisa Menyerang Kucing Peliharaan
Sama halnya dengan manusia, kucing bisa mengalami serangan kutu yang membuatnya mengalami gatal-gatal. Oleh sebab itu, kamu yang memelihara kucing harus senantiasa menjaga kesehatan bulu dan tubuhnya. Selain bisa menginfeksi kucing kesayangan, dapat juga menjangkiti manusia.Ingat, meski kucing kesayanganmu hanya berada di dalam rumah atau ruangan, ancaman serangan kutu tetap ada. Namun, ancamannya tentu tidak sebesar kucing yang berkeliaran di luar rumah (kucing liar). Kutu-kutu yang menyerang kucing ini terdiri dari berbagai jenis. Nah, berikut penjelasan selengkapnya.
1.Ctenocephalides felis
Ctenocephalides felis adalah jenis pinjal kucing yang terbilang sangat umum. Meski begitu, parasit ini bisa menyerang anjing atau hewan peliharaan atau ternak lainnya. Pinjal kucing betina ini menghasilkan lebih banyak telur ketika mereka makan dengan cara menghisap darah kucing atau spesies inang lainnya.
Dalam kondisi optimal, pinjal kucing betina dapat bertelur sekitar 25 telur per harinya selama sebulan. Tuh, cukup banyak bukan? Siklus hidup jenis pinjal kucing yang satu ini bisa bertahan hingga satu tahun.
Ukuran tubuhnya juga bisa dilihat dengan mata telanjang, yakni seukuran semut kecil. Hati-hati, Ctenocephalides felis bisa menimbulkan masalah ketika menggigit manusia. Seseorang yang tergigit juga akan mengalami rasa gatal yang amat mengganggu.
Tak cuma itu saja, untuk beberapa orang gigitannya bisa menyebabkan infeksi yang lebih parah, seperti penyakit zoonosis yang disebut cat scratch disease. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bartonella henselae, yang salah satunya dibawa oleh pinjal kucing.
Seseorang yang mengalami cat scratch disease mengalami beragam keluhan. Mulai dari benjolan kecil pada lokasi gigitan, mual, muntah, demam, kelelahan, menggigil, nyeri pada bagian kelenjar getah bening, hingga peradangan.
2.Otodectes cynotis
Otodectes cynotis adalah jenis tungau kucing yang perlu diwaspadai. Otodectes cynotis juga dikenal dengan ear mites, salah satu penyebab gangguan atau masalah pada telinga kucing. Nah, kucing yang terjangkit tungau ini mengalami gatal-gatal pada bagian telinganya, sehingga sering kali menggaruk telinga secara berlebihan.
Kucing yang mengalami serangan tungau ini menunjukkan gejala eksternal yang amat jelas. Gejalanya berupa telinga luar kucing kemungkinan besar meradang, kucing menempelkan telinganya ke kepalanya, menggaruknya hampir tanpa henti, dan sering menggelengkan kepalanya, seolah-olah mencoba “melepaskan” telinganya.
Di samping itu, gejalanya bisa dilihat pada bagian dalam saluran telinga. Di sana akan terlihat tumpukan kotoran lilin dan tungau yang gelap, lengket, dan berbau busuk.
“Jika tungau berjalan-jalan di sepanjang bagian belakang atau perut kucing, hewan itu (kucing) akan membersihkannya dengan lidahnya dan menelannya. Tapi, parasit itu aman apabila bisa masuk ke saluran telinga, di mana kaki atau lidah kucing tidak bisa menjangkaunya,” ungkap William Miller Jr., VMD, profesor dermatologi di Cornell University’s College of Veterinary Medicine.
Cara Mencegah Kutu pada Kucing Peliharaan
Bulu kucing yang hangat, tebal, dan memiliki suplai darah yang kaya nutrisi adalah “rumah” impian para kutu. Namun, jika sudah terinfeksi kutu, kucing akan tersiksa akibat rasa gatal, sehingga ia sering menggaruk. Jika terus digaruk, bukan tidak mungkin kulitnya akan berdarah dan terjadi infeksi serius.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan upaya mencegah kutu pada kucing peliharaan. Bagaimana caranya? Simak ulasan lengkapnya, ya!
Tips Mencegah Kutu pada Kucing
Lindungi kucing peliharaan dari kutu yang mengganggu, dengan beberapa tips berikut ini:
1.Perawatan Antikutu Rutin
Lakukan perawatan antikutu secara rutin setiap bulannya untuk kucing peliharaan kamu. Kamu bisa berkonsultasi pada dokter
Jangan pernah merawat kucing dengan produk antikutu yang dibuat untuk anjing. Sebab, ramuannya berbeda dan bisa berakibat fatal bagi kucing. Obat antikutu bentuk semprotan atau bedak bisa jadi pilihan efektif untuk perlindungan menyeluruh.
2.Siram Halaman dan Bersihkan Rumah
Terutama saat musim panas, pastikan untuk menyiram area di halaman yang sering dikunjungi oleh kucing peliharaan kamu. Sedot debu sesering mungkin dan beri perhatian ekstra pada tempat-tempat yang disukai kucing.
3.Perhatikan Tanda-Tanda Kutu
Meski sudah berupaya melakukan tindakan pencegahan, risiko kucing peliharaan terkena kutu tetap ada. Jadi, penting juga untuk memerhatikan dan menyadari tanda-tanda kutuan kucing. Hal ini bisa dilakukan dengan memeriksa bulu dan kulitnya secara berkala, untuk melihat apakah ada kutu dan telurnya.
Bagaimana Mengatasi Masalah Kutu Kucing?
Apa yang harus dilakukan ketika ada kutu pada kucing? Berikut beberapa cara mengatasi kutuan kucing:
1.Konsultasi ke Dokter Hewan
Alih-alih hanya mengandalkan produk antikutu yang dijual bebas, lebih baik pergi ke dokter hewan dan berkonsultasi lebih lanjut. Jika diberi rekomendasi obat antikutu, jangan lupa tanyakan pada dokter hewan bagaimana cara menggunakannya, berapa banyak yang harus dioleskan, dan seberapa sering menggunakannya. Selain itu, kamu juga bisa membaca label produk obat terlebih dahulu, dan mengikuti instruksi yang tercantum.
2.Bersihkan Rumah secara Menyeluruh
Kutu betina bisa bertelur hingga 50 butir dalam sehari. Selain menempel di bulu, telur kutuan kucing juga bisa berpindah ke karpet, sofa, atau selimut. Jadi, penting untuk membersihkan rumah secara menyeluruh, ketika kucing peliharaan kamu mengalami masalah kutuan.
Sedot debu setiap hari, bersihkan karpet, furnitur berbantalan, dan celah serta celah di lantai untuk menyedot telur sebelum menetas. Kamu juga akan menyingkirkan kutu hidup dengan cara ini. Jangan lupa untuk membuang kantong penyedot debu atau mencuci tabungnya dengan air sabun hangat setelah selesai, ya.
Selain itu, cuci setidaknya sekali seminggu sarung sofa, dan kain lain yang pernah disentuh kucing peliharaan kamu. Gunakan air panas agar tidak ada serangga yang bertahan selama siklus pencucian.
Bahkan dalam jumlah besar, kutu berukuran kecil dan cukup mudah dibunuh. Setelah beberapa minggu melakukan pembersihan menyeluruh, kutu biasanya akan berhenti mengganggu kucing kamu. Meski begitu, butuh waktu hingga sekitar 3 bulan untuk memberantas sepenuhnya, atau lebih jika kamu punya banyak kucing di rumah.
Ketahui Perbedaan antara Kutu, Tungau dan Pinjal pada Kucing
Infeksi parasit adalah masalah kesehatan yang sangat umum terjadi pada kucing peliharaan. Meskipun biasanya tidak menyebabkan masalah kulit yang serius, infeksi parasit bisa menyebabkan gejala yang tidak nyaman bagi hewan kesayanganmu.
Dari banyaknya jenis parasit yang bisa menginfeksi kucing, kutuan, tungau, dan pinjal adalah tiga jenis yang paling umum. Lantas, bagaimana cara mengetahui perbedaan antara kutu, tungau, dan pinjal? Simak ulasannya di sini.
Kutu (lice)
Sebenarnya, infeksi kutu jarang terjadi pada kucing. Tidak seperti pinjal, kutu menempel pada inang yang spesifik, sehingga kutu yang ditemukan pada kucing tidak akan menyerang manusia atau hewan lainnya. Namun, parasit ini bisa menular di antara kucing melalui kontak langsung.
Telur berwarna putih hingga kecokelatan yang menempel pada bulu kucing biasanya menjadi tanda yang paling mencolok dari infeksi kutu. Kucing yang memiliki kutu juga dapat terasa gatal, rambutnya bisa rontok akibat sering digaruk, atau memiliki bercak berkerak di kulit.
Perbedaan kutu, tungau, dan pinjal adalah telur kutuanbisa tetap tinggal di kulit kucing dan tidak langsung mati. Karena itu, dokter hewan bisa meresepkan obat yang tepat untuk memastikan telur kutu yang menetas juga akan mati sama seperti kutu dewasa.
Pinjal (flea)
Pinjal adalah parasit kulit kucing yang paling umum. Hampir semua kucing yang dibiarkan hidup di luar rumah biasanya ditemukan pinjal di rambutnya. Pinjal hidup dan bertelur di permukaan tubuh kucing, serta menghisap darah hewan tersebut.
Pinjal betina bisa menghasilkan telur sebanyak 50 kali sehari. Telur pinjal kemudian bisa jatuh dari kucing dan menetas menjadi larva dalam 2-16 hari. Mereka kemudian berubah menjadi kepompong dan tidak bergerak selama dalam kepompong. Larva pinjal berkembang dalam kepompong dan menunggu sinyal yang menunjukkan adanya hewan inang, seperti panas, karbon dioksida, dan getaran.
Pinjal kemudian akan keluar dari kepompong dan menempel begitu menemukan hewan inang dalam hitungan detik. Bila tidak ada hewan, pinjal bisa menunggu dalam kepompong hingga dua tahun.
Kucing yang sering terlihat menggaruk-garuk karena gatal adalah satu-satunya cara untuk mengetahui infeksi pinjal pada kucing. Namun, kecuali kucing memiliki alergi terhadap gigitan pinjal, beberapa kucing sering kali tidak menunjukkan gejala yang mencolok ketika ada pinjal dalam tubuhnya. Selain itu, pinjal dapat bergerak dengan sangat cepat, sehingga sulit untuk dilihat.
Cara terbaik untuk memeriksanya adalah meletakkan kucing di atas selembar kertas, lalu sisir kucing dengan cermat. Sisir khusus biasanya bisa menjebak satu atau dua pinjal, tapi kotoran pinjal yang berupa bintik hitam biasanya bisa jatuh ke atas kertas. Kotoran atau telur pinjal juga bisa ditemukan di tempat tidur kucing.
Tungau (mite)
Tungau adalah parasit kecil yang bisa menyebabkan berbagai masalah kulit dan sangat menular di antara kucing.
Salah satu jenis tungau yang sering menyerang kucing dan sangat merugikan adalah Sarcoptes. Infeksi tungau yang sering disebut juga scabies ini adalah penyakit kulit yang sangat mengganggu kenyamanan kucing, karena menimbulkan rasa gatal yang luar biasa. Sarcoptes membuat terowongan di dalam kulit kucing dan mereka hidup dan bertelur dalam terowongan tersebut. Tungau tidak terlihat di permukaan kulit.
Jenis tungau lain yang sering menyerang kucing, terutama di bagian telinga, adalah Otodectes sp. Tungau ini bisa menyebabkan radang pada telinga kucing dan bila tidak segera ditangani, bisa menyebabkan gangguan pendengaran alias ketulian.
Gejala yang terlihat adalah telinga yang nampak kotor. Pada kasus yang parah, telinga bisa mengeluarkan cairan berbau, bernanah, dan kadang-kadang kucing menggelengkan kepalanya pada salah satu sisi, tergantung sisi telinga yang terkena.
Secara umum, infeksi tungau pada kucing bisa menyebabkan rasa gatal yang hebat, sehingga bisa membuat hewan peliharaan kamu tersebut merasa sangat tidak nyaman. Pada awalnya, infeksi tungau mungkin tidak menimbulkan gejala, tapi lama-kelamaan kucing akan merasa gatal, sering terlihat menggaruk, atau menggosok-gosokkan bagian tubuhnya ke benda-benda keras yang ada di sekitarnya.
Pada kondisi yang parah, nafsu makan dan minum kucing juga akan ikut terganggu. Jadi, jangan dibiarkan saja, segera bawa ke dokter hewan untuk mendapatkan pengobatan bila kucing menunjukkan gejala-gejala infeksi tungau.
Cara Memilih Perawatan Kutu yang Tepat bagi Kucing
Jika kamu khawatir kucing kesayanganmu memiliki atau mungkin terkena kutu, maka kamu wajib segera mencari obat pencegah atau pembasmi kutu. Namun, keamanan menjadi perhatian utama saat menangani kutu pada hewan peliharaan, terutama dengan kucing.
Ada banyak perawatan kutuan yang dibuat untuk anjing sebenarnya bisa sangat beracun bagi kucing, jadi penting untuk menemukan perawatan yang diberi label untuk kucing. Jika kamu sedang mencari cara menemukan pengobatan kutu yang aman untuk kucing di rumah, maka ikuti tipsnya berikut!
Hal yang Perlu Dipertimbangkan saat Memilih Perawatan Kutu untuk Kucing
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu kamu pertimbangkan saat hendak memilih perawatan kutu untuk kucing kesayangan:
- Gaya hidup: Kucing luar ruangan berisiko lebih tinggi terkena serangan kutu, tetapi kucing dalam ruangan juga rentan.
- Umur: Pencegahan kutu yang berbeda memiliki batasan usia yang berbeda.
- Riwayat kesehatan: Dokter hewan juga perlu mengetahui status kesehatan kucing dan semua obat serta suplemen yang saat ini dikonsumsi kucing untuk merekomendasikan jenis pencegahan kutu yang paling aman.
- Bulu: Panjang bulu dapat mempengaruhi jenis perawatan.
- Tempat tinggal: Resistensi terhadap jenis pencegahan kutu tertentu merupakan masalah di beberapa daerah. Dokter hewan akan mengetahui perawatan mana yang paling efektif.
Perawatan kutu yang paling aman untuk kucing adalah yang diformulasikan untuk kucing, dengan dosis yang tepat (berdasarkan berat) dan direkomendasikan oleh dokter hewan yang memahami kasus kucing secara khusus.
Namun tetap ingat, jangan gunakan obat pencegahan kutu untuk anjing pada kucing. Pasalnya banyak perawatan kutu untuk anjing yang beracun bagi kucing. Bahan-bahan seperti permetrin biasanya disertakan dalam perawatan kutu dan kutu anjing, yang sebenarnya dapat membunuh kucing.
Jadi, selalu ikuti petunjuk pada label produk berkenaan dengan jumlah dosis dan frekuensi kecuali jika diarahkan oleh dokter hewan.
Jenis Perawatan Kutu yang Aman untuk Kucing
Meskipun kamu harus berhati-hati saat memilih pengobatan kutu yang aman untuk kucing, nyatanya tetap ada beberapa pilihan yang bisa dipilih. Ini bisa berupa kalung, perawatan topikal, atau bahkan tablet kunyah. Kamu dapat bekerja sama dengan dokter hewan untuk mendiskusikan mana yang sesuai dengan kesehatan dan gaya hidup kucing.
Berikut beberapa hal yang perlu dipertimbangkan tentang masing-masing opsi pencegahan kutu ini.
Kerah/Kalung Kutu untuk Kucing
Kalung kutu telah menjadi perawatan utama kutu selama beberapa dekade, tetapi produk kalung yang lama tidak terlalu efektif. Namun, kalung kutu yang terbaru dan kini banyak dijual di pasaran bisa menjadi pilihan pencegahan kutu yang andal, beberapa bahkan melindungi dari kutu.
Alat ini akan bekerja dengan terus-menerus melepaskan bahan pembunuh kutu, yang dapat membantu menghilangkan kutu dan penggunaannya pun mudah. Namun, jika kamu memiliki anak kecil di rumah, kalung kutu mungkin bukan pilihan terbaik. Sebab ia mengandung bahan kimia yang kuat, jadi anak-anak tidak boleh bermain dengan atau menyentuhnya.
Obat Tetes Kutu untuk Kucing
Perawatan kutu dengan obat tetes kutu biasanya diteteskan pada kulit di bagian belakang leher (pangkal tengkorak). Obat ini bisa membunuh kutu selama satu atau tiga bulan, tergantung merek mana yang digunakan. Obat tetes kutu ini aman jika dioleskan secara topikal, tetapi dapat menyebabkan masalah jika tertelan jadi jauhkan dari jangkauan anak-anak dan kucing itu sendiri.
Benarkah Kucing Rumahan Bebas dari Kutu?
Apakah kamu pernah melihat kucing kesayanganmu menggaruk kulitnya tanpa henti dan tampak begitu gelisah? Hmm, bisa jadi kondisi tersebut disebabkan oleh serangan kutu pada tubuhnya. Waspada, kutu kucing bukan masalah yang bisa dipandang remeh.
Meskipun mereka tidak bisa hidup di tubuh manusia, pinjal atau kutu pada kucing dapat menggigit atau mengisap darah sehingga menyebabkan gatal dan berbagai penyakit lainnya. Masalah yang muncul mulai dari anemia, alergi kulit, hingga cat scratch disease akibat infeksi bakteri Bartonella henselae yang dibawa oleh pinjal yang menyerang kucing.
Nah, pertanyaannya apakah kucing rumahan tidak memiliki kutu?
Kucing Rumah Bebas Kutu, Masa Sih?
Dari beragamnya jenis kutu, kutu Felicola subrostratus adalah salah satu kutu yang sering menyerang tubuh kucing. Kutu ini tidak hanya mengganggu kucing, tetapi juga bisa menularkan parasit lain seperti cacing pita atau menyebabkan anemia dan alergi kulit pada manusia. Nah, apakah kucing rumahan tidak memiliki kutu?
Ternyata, kutuan kucing tidak pandang bulu, bisa menyerang kucing kapan saja dan di mana saja, termasuk di rumah. Nah, berikut ini alasan kucing rumahan juga bisa terserang kutu:
1. Faktor Lingkungan
Kucing atau hewan peliharaan lainnya yang tinggal di daerah yang hangat dan lembap, ternyata berisiko lebih tinggi terserang kutu. Pasalnya, kutu suka sekali berkembang biak di lingkungan seperti ini. Namun, meskipun kamu tinggal di daerah yang kering atau lebih sejuk, bukan berarti aman dari parasit ini. Ingat, kutu bisa ditemukan di mana saja.
2. Faktor Musim
Di negara yang memiliki berbagai musim, banyak orang percaya bahwa kutu hanya menjadi masalah di musim panas atau musim semi saja. Faktanya, kutu bisa mengintai kucing kesayanganmu sepanjang tahun, bahkan selama musim dingin.
“Sebagian besar kutu lebih suka hidup di iklim yang lebih hangat, tetapi bahkan dalam cuaca dingin mereka dapat menemukan cara untuk bertahan hidup,” kata dokter hewan Dana Koch, VMD seperti dilansir dalam Pet MD.
“Kelangsungan hidup ini dapat dicapai dengan hidup di atas hewan liar, atau bersembunyi di tempat tidur, lumbung, gudang atau di bawah geladak,” tambahnya.
3. “Pengunjung” yang Tidak Diharapkan
Hati-hati, hewan lainnya seperti kucing liar yang berkeliaran di sekitar rumahmu juga bisa memicu masalah kutu pada kucing kesayanganmu. Pasalnya, hewan-hewan tersebut adalah pembawa kutu yang terbilang umum, dan dapat dengan mudah menyerang rumah, halaman, atau kucing peliharaanmu.
Selain itu, kutu kucing juga bisa dibawa oleh teman atau keluarga yang membawa hewan peliharaannya saat berkunjung ke rumahmu.
4. Aktivitas di Luar Rumah
Meski kucing kesayanganmu sudah dirawat dengan baik, tetapi serangan kutu kucing tetap bisa terjadi ketika kamu dan dirinya berada di luar rumah.
“Kapan pun hewan peliharaan keluar, meskipun hanya berjalan-jalan sebentar di sekitar blok, kunjungan ke dokter hewan, perjalanan ke groomer, perjalanan dengan mobil, dia sedang dihadapkan pada kesempatan untuk menularkan kutu ke tubuhnya, ”kata dokter hewan Jennifer Kvamme, DVM.
Kucing yang tinggal dengan hewan peliharaan lain, juga memiliki peluang lebih tinggi untuk terinfeksi kutu kucing. Sebab kutu ini cenderung menularkan kutu dari satu inang ke inang lainnya.
Cara Mengatasi Kutu Kucing dengan Virgin Coconut Oil
“Virgin coconut oil adalah bahan alami yang bisa digunakan untuk mengatasi kutu kucing yang ringan hingga sedang. Namun, bahan alami tersebut sebenarnya tidak direkomendasikan oleh dokter hewan untuk mengobati kutu kucing, apalagi untuk infestasi yang berat. Meski begitu, VCO bisa digunakan sebagai perawatan pendukung untuk mengatasi kutu kucing.”
Kucing peliharaan kamu terlihat kegatalan dan terus-menerus menggaruk-garuk badannya? Jangan-jangan ada kutu di badannya!
Tidak ada yang lebih menyiksa bagi hewan berbulu daripada memiliki kutu. Gigitan kutu bisa menimbulkan rasa gatal yang tidak nyaman, bahkan bisa menyebabkan kerontokan bulu yang parah. Tidak hanya itu saja, kutu kucing juga bisa menyebabkan penyakit, seperti dermatitis alergi kutu, cat scratch disease, dan anemia. Karena itu, kutu kucing perlu segera diatasi.
Virgin coconut oil (VCO) adalah bahan alami yang bisa digunakan untuk membantu mengatasi kutu kucing, meskipun tidak bisa mengusir kutu sepenuhnya. Berikut ulasannya.
Tentang Penggunaan Virgin Coconut Oil untuk Atasi Kutu Kucing
VCO bisa digunakan sebagai pengusir kutu anjing dan membantu mengusir kutu pada infestasi yang ringan atau sedang. Namun, pada infestasi kutu yang berat kamu perlu berkonsultasi dengan dokter hewan tentang penggunaan obat kutu yang tepat.
Dokter hewan sebenarnya tidak akan merekomendasikan VCO untuk kutu kucing. Menggunakan minyak kelapa mungkin bisa digunakan sebagai perawatan pendukung untuk mengatasi kutu, tetapi bahan alami tersebut hingga saat ini belum menjadi pilihan obat atau obat kutu yang direkomendasikan oleh dokter hewan untuk mengatasi kutu, apalagi pada kasus infestasi kutu yang berat.
Jika kamu benar-benar ingin memberikan vco untuk kucing kesayangan kamu, kamu perlu membicarakannya dengan dokter hewan terlebih dahulu.
Meskipun minyak kelapa mungkin tidak menyebabkan alergi atau iritasi, hewan peliharaan kamu kemungkinan besar akan menjilat-jilat area yang kamu oleskan minyak, hal ini justru bisa menyebabkan minyak tertelan dan berpotensi mengiritasi kulit karena terlalu sering dijilat.
Cara Penggunaannya
Ada tiga cara menggunakan VCO untuk kutu kucing:
- Oleskan pada Kulit Kucing
Untuk mengatasi kutu kucing, kamu cukup mengoleskan sedikit minyak kelapa pada bulu atau kulit kucing peliharaan kamu dengan menggunakan tangan. Begini caranya:
- Tuang sedikit minyak kelapa ke atas tangan, lalu gosok kedua tangan kamu untuk menghangatkan minyak, lalu oleskan pada kucing peliharaan.
- Pastikan kamu mengolesi minyak ke semua area yang kira-kira terdapat kutu, termasuk di antara jari-jari kaki atau di belakang kulit, di bawah ekor, dan di sekitar leher dan ketiak.
- Biarkan minyak mengendap dan bekerja pada kulit kucing peliharaan kamu selama sekitar 8–15 jam atau semalaman.
- Terakhir, sisir rambut kucing peliharaan dengan menggunakan sisir kutu setelah kamu selesai membilas minyak. Cara ini akan membantu menghilangkan sebagian besar kutu yang sudah tidak bisa bergerak atau bahkan mati lemas.
- Buat Semprotan Minyak Kelapa
Kamu juga bisa membuat semprotan minyak kelapa agar lebih mudah menggunakan minyak tersebut untuk mengatasi kutu kucing. Begini caranya:
- Campurkan 30 mililiter air hangat ditambah 2 sendok makan minyak kelapa ke dalam botol semprot. Dengan mencampurkannya dengan air hangat, minyak kelapa bisa larut sehingga tercampur dengan air.
- Semprotkan campuran air-minyak kelapa tersebut pada area yang terinfeksi pada kucing peliharaan. Setelah itu, pijatlah bulu hewan peliharaan untuk meratakan minyak kelapa. Hal ini juga akan meningkatkan efektivitasnya.
- Cara lain membuat semprotan minyak kelapa, yaitu campur air dan minyak kelapa dengan takaran yang sama, lalu lelehkan campuran tersebut di dalam panci dengan menggunakan api kecil, atau panaskan di dalam microwave.
- Selain itu, kamu juga bisa menambahkan sedikit minyak esensial, seperti lavender yang akan memudahkan penyemprotan pada kucing peliharaan dan mencegah minyak mengeras. Ingat, jangan menyemprotkan campuran minyak ke mata kucing peliharaan.
- Sisir Kutu dengan Minyak Kelapa
Cara lainnya menggunakan VCO untuk kutu kucing adalah dengan menuangkan minyak di atas sisir, lalu sisir bulu kucing. Minyak akan membuat kutu terperangkap dan menempel pada sisir, sehingga kamu bisa dengan mudah membunuh dan menghilangkan kutu kucing
.
SUMBER : WIKIPEDIA , GOOGLE
Post A Comment:
0 comments: