Merasa dunia ini terbalik? Merasa nilai-nilai kemanusiaan sudah menipis? Merasa masyarakat kita semrawut? Ingin mengubah dunia tapi bingung harus bagaimana? Tenang, kamu bisa memulainya dari melakukan 10 hal sederhana ini.
Mungkin sampah kita sedikit, mungkin sampah kita kecil, mungkin sampah kita tidak akan menimbulkan banjir atau pencemaran. Tapi bagaimana bila setiap orang berpikiran sama? Membuang sampah pada tempatnya adalah aturan yang sudah diketahui semua orang, tetapi tidak semuanya menjalankan.
Kebanyakan tidak tahan membawa sampahnya sendiri sebelum bertemu tempat sampah hingga dibuang sembarangan. Alangkah baiknya bila kita bisa menyiapkan kantung sebelum bepergian untuk menjadi kantung sampah sementara. Lebih baik lagi bila kita bisa membuang sampah sesuai dengan kategorinya. Dimulai dari diri kita sendiri, orang lain kelak akan mengikuti.
Memang tidak semua, namun sebagian mereka berpikir lebih mudah meminta-minta daripada mengusahakan yang lainnya. Sebagian dari mereka masih bisa dibilang produktif, sebagian dari mereka adalah anak-anak yang 'dipekerjakan'.
Makanan adalah salah satu dari tiga kebutuhan pokok. Makanan pasti dibutuhkan, tidak memberi uang bukan berarti tidak memberi manfaat. Memberi makanan dan mengadukan ke dinas sosial setidaknya memberikan secercah harapan bahwa mereka akan bisa diberdayakan oleh pakarnya.
Jangan biarkan komentar keji, bullying, atau postingan tidak seronoh tetap mengambang di lautan sosial media. Jangan sampai terlihat dan terbaca oleh anak-anak ataupun remaja tanggung yang luput dari pengawasan orang tua. Mari selamatkan generasi penerus bangsa!
Selain hemat energi, mematikan perangkat listrik sebelum bepergian juga mencegah terjadinya kebakaran akibat konsleting. Tidak hanya menjaga keselamatan hunian kita, tetapi juga hunian di sekitar kita. Menyalakan keran air secukupnya, tak usah jauh-jauh khawatir kelak anak cucu kita kehabisan air, saudara-saudara segenerasi kita saat ini juga sudah kekurangan air. Bijaksanalah menggunakan air dan energi.
Membeli jajan di warung dekat rumah memberikan setidaknya dua manfaat. Pertama tentu untuk melariskan dagangan tetangga dan menjadi perantara rejeki mereka. Siapa tahu keuntungannya digunakan untuk biaya pendidikan anak-anak mereka atau untuk pengobatan orang tua mereka yang sakit. Menolong tak harus yang jauh di Palestina atau Rohingya, sudahkah tetangga kanan kiri kita tertolong?
Kedua, untuk meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor, kamu dapat memberi kesempatan bagi tubuh untuk beraktivitas. Jalan kaki misalnya, olahraga mulut juga untuk menyapa dan basa-basi dengan tetangga saat berpapasan.
Kebiasaan memberi tumpangan memberikan tidak sedikit manfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Memberi tumpangan bisa membuktikan bahwa kita bukan orang yang hidupnya terburu-buru. Bagi orang lain tentu akan merasa terbantu, ditambah lagi hal ini juga sebagai bentuk kita melindungi bumi dengan mengoptimalkan penggunaan bahan bakar.
Tidak memainkan gadget saat quality time berarti kita memerhatikan orang-orang dekat yang ada di sekeliling kita. Memberi perhatian adalah bentuk kepedulian termahal kita kepada orang-orang tersayang. Jangan sampai gadget menjauhkan yang dekat dan hanya 'membasa-basikan' yang jauh. Curahkan perhatian kita dengan bijaksana.
Berbagi di sini adalah tentang berbagai informasi di sosial media. Kepekaan dan kekritisan kita sangat diperlukan dalam membagikan informasi agar tepat sasaran dan tidak berakibat fatal seperti memperparah persebaran hoax. Ingat, tertanda-institusi pemerintahan-bukan berarti dapat langsung dipercaya. Mencantumkan website bukan berarti sumbernya terpercaya. Jangan malas melakukan crosscheck sebelum menekan tombol "share".
Bayangkan bila setidaknya satu orang menyisakan 5 (lima) butir nasi setiap kali makan. Satu hari setidaknya 15 butir nasi per orang terbuang, maka di Indonesia hitunglah ada 300 juta orang, satu hari ada 4.500.000.000 butir nasi. Padahal 1000 bulir padi beratnya sekitar 25 gram = 112.500.000 gram alias sekitar 112,5 ton beras terbuang di Indonesia setiap harinya. Mungkin ada sekitar 50% yang dimakan ayam ya, tapi sisanya? Daripada kebuang, yuk mari tidak menyianyiakan pangan kita, mumpung masih belum langka.
The last, but not last. Menjaga perkataan dan tingkah laku di depan anak di bawah umur berarti kita ambil bagian dalam menjaga pembentukan pribadi budiman masa depan. Kita orang dewasa menjadi suri teladan bagi yang lebih muda, khususnya anak-anak yang mudah sekali mengingat dan meniru tingkah kita. Biasakan tidak berkata kasar walau bercanda dan tidak berbohong walau kebohongan kecil sederhana, agar tidak terbawa hingga mereka dewasa.
1. Buang sampah pada tempatnya, kalau belum ketemu tempatnya dipungut dulu.
Mungkin sampah kita sedikit, mungkin sampah kita kecil, mungkin sampah kita tidak akan menimbulkan banjir atau pencemaran. Tapi bagaimana bila setiap orang berpikiran sama? Membuang sampah pada tempatnya adalah aturan yang sudah diketahui semua orang, tetapi tidak semuanya menjalankan.
Kebanyakan tidak tahan membawa sampahnya sendiri sebelum bertemu tempat sampah hingga dibuang sembarangan. Alangkah baiknya bila kita bisa menyiapkan kantung sebelum bepergian untuk menjadi kantung sampah sementara. Lebih baik lagi bila kita bisa membuang sampah sesuai dengan kategorinya. Dimulai dari diri kita sendiri, orang lain kelak akan mengikuti.
2. Tidak memberi receh kepada peminta-minta, berikan makanan bungkus atau adukan ke dinas sosial.
Memang tidak semua, namun sebagian mereka berpikir lebih mudah meminta-minta daripada mengusahakan yang lainnya. Sebagian dari mereka masih bisa dibilang produktif, sebagian dari mereka adalah anak-anak yang 'dipekerjakan'.
Makanan adalah salah satu dari tiga kebutuhan pokok. Makanan pasti dibutuhkan, tidak memberi uang bukan berarti tidak memberi manfaat. Memberi makanan dan mengadukan ke dinas sosial setidaknya memberikan secercah harapan bahwa mereka akan bisa diberdayakan oleh pakarnya.
3. Tekan 'laporkan' saat melihat postingan atau komentar tak pantas di jejaring sosial media.
Jangan biarkan komentar keji, bullying, atau postingan tidak seronoh tetap mengambang di lautan sosial media. Jangan sampai terlihat dan terbaca oleh anak-anak ataupun remaja tanggung yang luput dari pengawasan orang tua. Mari selamatkan generasi penerus bangsa!
4. Mematikan perangkat listrik sebelum bepergian, menyalakan keran air secukupnya.
Selain hemat energi, mematikan perangkat listrik sebelum bepergian juga mencegah terjadinya kebakaran akibat konsleting. Tidak hanya menjaga keselamatan hunian kita, tetapi juga hunian di sekitar kita. Menyalakan keran air secukupnya, tak usah jauh-jauh khawatir kelak anak cucu kita kehabisan air, saudara-saudara segenerasi kita saat ini juga sudah kekurangan air. Bijaksanalah menggunakan air dan energi.
5. Beli jajan di warung dekat rumah saja.
Membeli jajan di warung dekat rumah memberikan setidaknya dua manfaat. Pertama tentu untuk melariskan dagangan tetangga dan menjadi perantara rejeki mereka. Siapa tahu keuntungannya digunakan untuk biaya pendidikan anak-anak mereka atau untuk pengobatan orang tua mereka yang sakit. Menolong tak harus yang jauh di Palestina atau Rohingya, sudahkah tetangga kanan kiri kita tertolong?
Kedua, untuk meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor, kamu dapat memberi kesempatan bagi tubuh untuk beraktivitas. Jalan kaki misalnya, olahraga mulut juga untuk menyapa dan basa-basi dengan tetangga saat berpapasan.
6. Memberi tumpangan.
Kebiasaan memberi tumpangan memberikan tidak sedikit manfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Memberi tumpangan bisa membuktikan bahwa kita bukan orang yang hidupnya terburu-buru. Bagi orang lain tentu akan merasa terbantu, ditambah lagi hal ini juga sebagai bentuk kita melindungi bumi dengan mengoptimalkan penggunaan bahan bakar.
7. Tidak memainkan gadget saat quality time.
Tidak memainkan gadget saat quality time berarti kita memerhatikan orang-orang dekat yang ada di sekeliling kita. Memberi perhatian adalah bentuk kepedulian termahal kita kepada orang-orang tersayang. Jangan sampai gadget menjauhkan yang dekat dan hanya 'membasa-basikan' yang jauh. Curahkan perhatian kita dengan bijaksana.
8. Bijaksana dalam berbagi.
Berbagi di sini adalah tentang berbagai informasi di sosial media. Kepekaan dan kekritisan kita sangat diperlukan dalam membagikan informasi agar tepat sasaran dan tidak berakibat fatal seperti memperparah persebaran hoax. Ingat, tertanda-institusi pemerintahan-bukan berarti dapat langsung dipercaya. Mencantumkan website bukan berarti sumbernya terpercaya. Jangan malas melakukan crosscheck sebelum menekan tombol "share".
9. Menghabiskan makanan kita.
Bayangkan bila setidaknya satu orang menyisakan 5 (lima) butir nasi setiap kali makan. Satu hari setidaknya 15 butir nasi per orang terbuang, maka di Indonesia hitunglah ada 300 juta orang, satu hari ada 4.500.000.000 butir nasi. Padahal 1000 bulir padi beratnya sekitar 25 gram = 112.500.000 gram alias sekitar 112,5 ton beras terbuang di Indonesia setiap harinya. Mungkin ada sekitar 50% yang dimakan ayam ya, tapi sisanya? Daripada kebuang, yuk mari tidak menyianyiakan pangan kita, mumpung masih belum langka.
10. Menjaga perkataan dan tingkah laku di depan anak di bawah umur.
The last, but not last. Menjaga perkataan dan tingkah laku di depan anak di bawah umur berarti kita ambil bagian dalam menjaga pembentukan pribadi budiman masa depan. Kita orang dewasa menjadi suri teladan bagi yang lebih muda, khususnya anak-anak yang mudah sekali mengingat dan meniru tingkah kita. Biasakan tidak berkata kasar walau bercanda dan tidak berbohong walau kebohongan kecil sederhana, agar tidak terbawa hingga mereka dewasa.
Post A Comment:
0 comments: